Rapat Raksasa di Lapangan IKADA, bukti Rakyat Indonesia Cinta Kemerdekaan
Pendahuluan
Ada sebuah pernyataan Bung Karno yang sangat terkenal, yaitu :
"KAMI CINTA PERDAMAIAN, TETAPI LEBIH CINTA KEMERDEKAAN"Pernyataan ini jika ditafsikan / diinterpretasi secara lebih mendalam, menunjukkan kesiapan bangsa Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia dari ancaman bangsa lain. Sebagaimana diketahui, bahwa bangsa Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, tetapi perlu diingat bahwa proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia terjadi akibat kekosongan kekuasaan (vacum of power).
Kekosongan kekuasaan tersebut terjadi karena Jepang telah kalah dari sekutu dalam perang dunia kedua, sedangkan sekutu belum datang untuk mengambil alih kekuasaan dari jepang. Oleh sebab itu, dapat dipahami bahwa selama sekutu belum datang ke Indonesia, berdasarkan perjanjian antara sekutu dengan Jepang, maka Jepang diharapkan menjaga 'status quo' bangsa Indonesia sampai sekutu datang. Tugas inilah yang menyebabkan seringkali terjadi insiden antara rakyat dengan tentara Jepang.
Terdapat sebuah indikasi yang tersebar di kalangan pejuang bangsa Indonesia pasca proklamasi bahwa Sekutu tak lama lagi akan datang untuk mengambil alih kekuasaan dari Jepang. Menyadari hal tersebut maka komite van aksi mempelopori rapat raksasa di lapangan IKADA untuk menegaskan kedaulatan bangsa Indonesia sekaligus menolak kedatangan sekutu.
Persiapan dan Penyebab Rapat Raksasa
Rapat Raksasa Lapangan Ikada berlangsung pada 19 September 1945. Pada saat itu Presiden Sukarno menggelorakan pidato (pernyataan) singkat di hadapan ribuan rakyat yang hadir di Lapangan Ikada dalam rangka memperingati 1 bulan proklamasi kemerdekaan. Di berbagai wilayah Indonesia, masyarakat dengan dipelopori para pemuda menyelenggarakan rapat dan demonstrasi untuk membulatkan tekad menyambut kemerdekaan yang dilaksanakan di Lapangan Ikada (merupakan singkatan dari: Ikatan Atletik Djakarta) Jakarta. Peristiwa yang berlangsung tanggal 19 September 1945 dilaksanakan rapat umum yang dipelopori Komite Van Aksi. Lapangan Ikada sekarang berlokasi di sebelah selatan Lapangan Monas.
Kegiatan rakyat seperti ini tentu saja menarik perhatian pihak Jepang dan khawatir akan menimbulkan hal-hal yang berlawanan dengan dengan ketentuan penguasa Jepang. Sebab, sesuai dengan instruksi sekutu, maka 14 September 1945 dikeluarkan larangan untuk berkumpul lebih dari lima orang. Ditambah larangan untuk melakukan kegiatan provokasi yang berpotensi memunculkan demonstrasi melawan penguasa Jepang. Padahal rakyat Indonesia saat itu sedang dipersiapkan sebuah rapat yang lebih besar dan sudah bersifat rapat raksasa yaitu Rapat Raksasa Ikada.
Gagasan pertama rencana rapat tersebut berasal dari para pemuda dan mahasiswa dalam organisasi Commite van Actie yang bermarkas di Menteng, No. 31 Jakarta untuk mengadakan peringatan 1 bulan Proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 September 1945.
Gagasan ini didukung oleh Wirjo; yaitu walikota Jakarta Raya dan ketua KNI Jakarta Raya, Mr Mohammad Roem. Merasa didukung, para Pemuda dan Mahasiswa menyelenggarakan persiapan teknis dan membentuk panitia pelaksana. Lebih lanjut, mereka lalu menyampaikan rencana tersebut pada pimpinan rakyat tingkat kecamatan (saat itu bernama Jepang, Siku) maupun kelurahan.
Akibatnya berita rencana ini tersebar luas keluar Jakarta. Tapi rencana ini tidak dapat segera terlaksana dikarena Pemerintah Pusat menolak menyetujui gagasan tersebut dengan pertimbangan kemungkinan akan terjadinya bentrokan fisik dengan tentara Jepang yang masih kuat berkuasa di Indonesia. Apalagi, Jepang masih dianggap sudah befungsi sebagai alat sekutu.
Melihat situasi ini pihak panitia kemudian memundurkan acara. kegiatan kemudian dijadwalkan menjadi tanggal 19 September 1945 dengan harapan Pemerintah mau mengabulkan dan menyetujuinya. Dalam pemikiran para Pemuda-Mahasiswa Rapat Raksasa ini amat penting bagi negara. Karena meskipun berita Proklamasi Kemerdekaan sudah menyebar kemana-mana sejak Proklamasi, namun rakyat belum pernah melihat terjadinya perubahan-perubahan nyata ditanah air.
sebagai contoh, misalnya hak dan tanggung jawab Pemerintah belum nampak dalam aktifitas kenegaraan sehari-hari, apalagi kalau dikaitkan dengan amanat Proklamasi. Maka Rapat Raksasa di Lapangan Ikada sangat penting untuk menggambarkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki legitimasi sosial-politik dengan cara mempertemukan langsung rakyat dan pemerintah.. Dan dalam kesempatan ini diharapkan rakyat mendukung Pemerintah RI yang merdeka dan berdaulat. Mungkin Presidenpun akan memberikan komando-komandonya. Dalam perkembangannya, meski telah diselenggarakan pertemuan antar panitia dan Pemerintah, namun tetap saja tidak dicapai kata sepakat.
Peristiwa Rapat Raksasa
Pada akhirnya, tanggal 19 September 1945 pun tiba. Sejak matahari menyingsing, rakyat yang sudah yakin akan diadakan rapat raksasa tersebut berduyun-duyun mendatangi lapangan ikada. Mereka berkumpul membentuk kesatuan massa. Untuk menenangkan massa, Pemuda-Mahasiswa mengajak bernyanyi. Atas usaha panitia, telah disiapkan pengeras suara yang cukup memadai. mobil ambulance untuk berjaga jika ada yang membutuhka pertolongan medis, dan dokumentasi yang dilaksanakan oleh juru foto dari kelompok ikatan jurnailistik profesional maupun amatir serta camera man Berita Film Indonesia (BFI).
Pihak penguasa Jepang yang melihat derasnya arus rakyat yang menuju Ikada dan telah berkumpulnya massa yang besar, memanggil para penaggung jawab daerah Jakarta. Pak Wiryo dan Mr Roem mendatangi kantor Kempetai dan berusaha menjelaskan maksud dan tujuan dari berkumpulnya rakyat di Ikada dan mengatakan gerakan spontan ini hanya bisa diatasi oleh satu orang yaitu Presiden Soekarno sendiri.
Tapi pihak Jepang tidak mau mengambil resiko dan mengirim satuan tentara yang dilengkapi kendaraan lapis baja. Penjagaan segera dilaksanakan oleh pasukan bersenjata dengan sangkur terhunus dilengkapi peluru tajam. Sementara kabinet Pemerintah RI tetap menolak. Bahkan ada berita kalau Presiden dan kabinetnya kalau perlu akan bubar. Mahasiswa segera mengambil inisiatif.
Mereka mendatangi Presiden Soekarno pagi subuh tanggal 19 September 1945. Dijelaskan bahwa Jepang tidak mungkin akan bertindak keras karena sesuai dengan tugas`sekutu. Sebab amatlah berbahaya bagi keselamatan kaum interniran. Selain itu tentara Jepang akibat kalah perang telah kehilangan semanngat. Nampaknya Presiden mau diajak kompromi dan berjanji akan membicarakannya dalam rapat kabinet pagi hari.
Makna rapat raksasa di Lapangan Ikada
antara lain sebagai berikut:
- Rapat raksasa di lapangan ikada berhasil mempertemukan pemerintah Republik Indonesia dengan rakyatnya.
- Rapat raksasa di lapangan ikada merupakan perwujudan kewibawaan pemerintah Republik Indonesia terhadap rakyat.
- Rapat raksasa di lapangan ikada dapat menanamkan kepercayaan diri bahwa rakyat Indonesia mampu mengubah nasib dengan kekuatan sendiri.
- Rakyat raksasa di lapangan ikada mendukung pemerintah yang baru terbentuk. Buktinya, setiap instruksi pimpinan mereka laksanakan.
Post a Comment for "Rapat Raksasa di Lapangan IKADA, bukti Rakyat Indonesia Cinta Kemerdekaan"