Selompret Melajoe, kemunculannya pada masa Politik Etis
Awal kemunculannya sebagai dampak politik etis
Salah satu dampak terbesar dari pelaksanaan kebijakan politik etis adalah tumbuhnya kesadaran nasional akan pentingnya sebuah pergerakan menuju kemerdekaan Indonesia. Melalui salah satu programnya, yaitu Edukasi, Politik etis membawa sebuah perubahan yang cukup signifikan bagi kehidupan masyarakat Indonesia.
Salah satu perubahan yang terjadi adalah, keberanian dalam menyuarakan ide-ide tentang pergerakan kemerdekaan yang dimuat dalam berbagai surat kabar.

Selompret Melajoe adalah sebuah media yang digunakan untuk tujuan di atas. Koran tersebut memiliki makna yang strategis dalam perjuangan mencapai kemerdekaan. koran dapat memuat ide-ide perubahan, pembaharuan, semangat nasionalisme sehingga memunculkan semangat perjuangan yang menggelora di dada rakyat Indoensia.
Sejarah
Selompret Melajoe, merupakan surat kabar Hindia Belanda yang pertama kali terbit pada tanngal 3 Februari 1860. Pada awal kemunculannya, Selompret Melajoe terbit dengan nama "Slompret Melajoe", atau berbeda kata Selompret dan Slompret.
Selompret Melajoe diterbitkan oleh G.C.T. van Dorp. Sebagai editornya adalah D. Appel. Pada awal kemunculannya Selompret Melajoe sangat berhati-hati dalam menuliskan dan memuat beritanya. , Barulah memasuki tahun 1900 seiring dengan makin berkembanya program "politik etis," surat kabar ini mulai masuk ke ranah politik. Meski mulai menceburkan diri ke tulisan politik, surat kabar ini tidak meninggalkan bermuatan bisnis yang telah mnjadi ciri khas terbitannya. Kehadiran surat kabar ini menjadi tonggak munculnya koran-koran bisnis berbahasa Melayu di Nusantara saat itu.
Pasca 1875 selompret Melajoe mengusung tagline "Soerat Kabar Basa Melajoe." Berita yang dimuat seputar tentang kabar barang lelang, kabar kiriman, pergantian pangreh praja, kebijakan perundangan pemerintah, informasi dari departemen militer dan civil, berita kawat dai berbagai daerah, iklan (yang berisi lotere uang), dan kolom "Hikayat" yang berisi hikayat terjemahan.
"Kabar Kiriman" adalah wadah bagi pembaca (mungkin seperti surat pembaca pada masa sekarang) dari berbagai kalangan untuk berkeluh kesah atas kesulitan mereka di daerah.
Banyaknya bonus-bonus yang ditawarkan halaman ini dan barangnya yang beragam, membuat oplahnya (volume cetak) meningkat mencapai 400-600 eksemplar per hari.
Pada tahun 1881, Selompret Melajoe terbit rutin settiap hari Rabu dan Sabtu lalu mengubah taglinenya menjadi "Soerat Kabar dan Advertentie."
Mulai 1891, W.N.J.G. Claasz menjadi redakturnya (digantikan J.P.P. Halkema tahun 1902) dan surat kabar ini pun terbit setiap Selasa, Kamis, Sabtu dengan 4 lembar setiap terbit. Pergerakan nasionalisme membuat pembaca koran bisnis berkurang, Selompret Melajoe ikut terkena imbasnya yang membuat tahun 1920 menjadi akhir terbitnya
Post a Comment for "Selompret Melajoe, kemunculannya pada masa Politik Etis"