PERUBAHAN TOPOGRAFI DAN DIMULAINYA ABAD PENJELAJAHAN
"Pada zaman dahulu seringkali terdengar kisah para penjelajah yang terpaksa meregang nyawa di lautan dikarenakan terkena topan badai. Ketidakmampuan para penjelajah untuk kembali ke negara asalnya membuat sebagian besar para penjelajah menjadi ciut nyali"
Abad penjelajahan ditinjau dari dampaknya merupakan suatu kurun waktu yang sangat penting. Memang, bagi bangsa Indonesia abad penjelajah bisa dikatakan “awal malapetaka” selama berabad-abad dijajah oleh bangsa lain. Hal ini dikarenakan dari abad penjelajahan yang dilakukan oleh bangsa Eropa inilah ditemukan benua-benua baru dimana wawasan terhadap bangsa-bangsa tersebut semakin berkembang luas, tidak terkecuali pengetahuan tentang benua kuning, Asia. Perubahan-perubahan kemudian segera terjadi di Eropa, utamanya terhadap pesatnya teknologi topografi dan peta. Pemetaan tentang dunia yang semula didominasi benua-benua Eropa kemudian menjadi semakin komplit. Sebagaimana diketahui, sebelumnya tidak pernah mengerti atau sama sekali buta terhadap negara-negara di Benua Asia maupun Afrika.
Dapat dijelaskan bahwa perkembangan peta pada abad pertengahan memang sangat minim. Hal ini dikarenakan beberapa faktor, pertama tidak adanya kultur menulis para pelaut Eropa saat itu, mereka hanya membuat catatan kecil yang hanya bisa dikatakan diari catatan perjalanan saja. Kalaupun mereka membuat sebuah tulisan, hanya untuk kepentingan laporan yang diperuntukkan kerajaan/pihak yang menjadi sponsor perjalanan mereka sehingga enggan untuk dipublikasikan. Kedua, pengetahuan tentang wilayah-wilayah baru memang sengaja disimpan rapat-rapat supaya tidak diketahui pihak lain.
Hal ini erat kaitannya dengan kepentingan komersialisme, supaya mereka menjadi pihak tunggal dalam rangka mengeksploitasi wilayah baru tersebut. Hal ini berdampak pada ketidakakuratan peta-peta yang dipublikasikan pada abad pertengahan. Serta minimnya peta yang beredar kala itu. Akibatnya para penjelajah sekalipun tidak mengetahui wilayah-wilayah baru tersebut. Contoh kedangkalan pengetahuan tersebut nampak jelas ketika Chriptoper Columbus mengira telah sampai di India, padahal ia justru mendarat di benua Amerika. Oleh sebab itu ia menyebut orang-orang asli Amerika sebagai orang-orang Indian.
Hal ini erat kaitannya dengan kepentingan komersialisme, supaya mereka menjadi pihak tunggal dalam rangka mengeksploitasi wilayah baru tersebut. Hal ini berdampak pada ketidakakuratan peta-peta yang dipublikasikan pada abad pertengahan. Serta minimnya peta yang beredar kala itu. Akibatnya para penjelajah sekalipun tidak mengetahui wilayah-wilayah baru tersebut. Contoh kedangkalan pengetahuan tersebut nampak jelas ketika Chriptoper Columbus mengira telah sampai di India, padahal ia justru mendarat di benua Amerika. Oleh sebab itu ia menyebut orang-orang asli Amerika sebagai orang-orang Indian.
Peran Sponsor dalam penjelajahan
Sponsor sangat memengaruhi keberangkatan para penjelajah. Biasanya sponsor datang dari kerajaan, misalnya Spanyol, Portugis, Inggris, dan Belanda. Tanpa sponsor, para penjelajah nampak enggan untuk mengarungi samudera. Hal ini dikarenakan pada zaman dahulu seringkali terdengar kisah para penjelajah yang terpaksa meregang nyawa di lautan dikarenakan terkena topan badai. Ketidakmampuan para penjelajah untuk kembali ke negara asalnya membuat sebagian besar para penjelajah menjadi ciut nyali. Oleh sebab itu dibutuhkan peran sponsor yang dapat memberikan dorongan bagi perjalanan mereka.
Sponsor yang datang dari kerajaan dibekali dengan armada yang cukup serta diberikan target tertentu untuk mendapatkan kekayaan dan kejayaan. Semboyan yang berlaku adalah lazim disebut 3G (gold, glory, gospel). Gold artinya emas, sehingga motif ini lebih sering diumpamakan mencari kekayaan. Sebab emas adalah simbol kekayaan. Glory adalah motivasi mendapatkan kejayaan dengan menguasai banyak koloni maka predikat sebagai penguasa dunia mulai tersemat. Adapun orang-orang Eropa juga memiliki misi suci untuk menyebarkan agama mereka di seluruh penjuru dunia (gospel).
Perkembangan teori tentang bumi telah mampu mematahkan dogma gereja pada abad pertengahan, sehingga pada masa renaissance tersebut muncul keberanian para pelaut untuk mengarungi samudera luas. Hal ini dikarenakan pengetahuan baru tersebut memberikan jaminan terpenting bagi para pelaut, yaitu kemungkinan untuk kembali lagi ke negara asalnya. Sebagaimana dikemukakan di awal tulisan ini bahwa ketika memulai perjalanan, para pelaut memang diliputi ketidakpastian masa depan mereka. Ekspedisi adalah tugas yang berat. Berbulan bahkan bertahun-tahun meninggalkan keluarga. Oleh sebab itu, tiap kali hendak berangkat mereka diliputi perasaaan was-was kalau-kalau tidak mampu lagi pulang ke negeri asalnya. Dengan demikian, salah satu sumbangsih abad pertengahan bagi kemajuan penjelajahan adalah pengetahuan tentang bumi bulat yang memungkinkan para pelaut tidak tersesat dalam perjalanan.
Mengenai nusantara, setelah Belanda mampu mendarat pertama kalinya di Banten memang mereka pulang dengan tangan kosong. Hal ini dikarenakan sifat orang Belanda yang cenderung angkuh dan sombong tidak disukai oleh masyarakat pribumi. Hal ini mendorong perlawanan terhadap armada Cornelis de Houtman tersebut. Tetapi satu hal yang patut dicatat adalah, Belanda mulai saat itu telah menemukan sesuatu hal yang paling berharga dalam sejarah perjalanan bangsa mereka, yaitu penemuan daerah penghasil rempah-rempah yang laku keras di pasaran Eropa, serta yang terpenting adalah mereka mampu memetakan rute perjalanan dan mampu melukiskannya di peta sehingga memungkinkan mereka untuk datang ke nusantara kapan saja, dengan armada yang tentunya lebih besar dan kuat. Inilah mungkin satu-satunya yang kita sesali, bahwa pesatnya perkembangan pada abad penjelajahan merupakan awal dari kesengsaraan selama berabad-abad. []
Post a Comment for "PERUBAHAN TOPOGRAFI DAN DIMULAINYA ABAD PENJELAJAHAN"