URGENSI KONSEP KRONOLOGI DAN DIAKRONIK DALAM PENULISAN SEJARAH
Oleh Muhammad Rifai Fajrin
*catatan: Artikel ini saya buat dalam rangka memenuhi tugas diskusi Daring sewaktu saya mengkuti kegiatan Pendidikan Profesi Guru Sejarah angkatan IV tahun 2019 di UNS, dan ditulis berdasarkan tema diskusi daring yang diminta. Apabila ada ketidaksesuai/kesalahan yang diketahui kelak di kemudian hari, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.Penulisan sejarah sama saja dengan menuliskan peristiwa. Yang namanya peristiwa harus berbasis kebenaran. Konsep kronologi dan diakronik memberikan jaminan bahwa peristiwa yang disusun tersebut runtut berdasarkan urutan peristiwanya. Untuk mengulas lebih detail tentang urgensi konsep kronologi dan diakronik dalam penulisan sejarah, ada baiknya mengulas terlebih dahulu apa itu konsep kronologi dan diakronik dalam sejarah.
Secara epistemologi atau ilmu asal-usul bahasa, kronologi berasal dari bahasa Yunani khronos yang artinya waktu, dan logos yang artinya ilmu. Sedangkan pengertian dari konsep kronologis itu sendiri adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa sejarah sesuai urutan waktu terjadinya, dari awal hingga akhir. Sebab setiap peristiwa sejarah pastilah akan diurutkan sesuai waktu terjadinya secara runtut dan berkesinambungan.
Sejarah mengajarkan kepada kita cara berpikir kronologis, artinya berpikirlah secara runtut, teratur, dan berkesinambungan. Konsep kronolgis akan memberikan kepada kita gambaran yang utuh tentang peristiwa atau perjalanan sejarah dari tinjauan aspek tertentu. Tujuannya agar kita dapat dengan mudah menarik manfaat dan makna dari hubungan peristiwa-peristiwa sejarah yang terjadi.
Jadi, kronologi adalah ilmu tentang waktu yang membantu untuk menyusun peristiwa atau kejadian-kejadian sejarah sesuai urutan waktu terjadinya. Oleh sebab itu, cara berpikir kronologis dapat mempermudah kita dalam melakukan rekonstruksi terhadap semua peristiwa masa lalu dengan tepat. Kronologi juga dapat membantu kita untuk membandingkan suatu peristiwa sejarah yang terjadi di suatu tempat yang berbeda, tetapi dalam waktu yang sama.
Apa urgensi konsep kronologi/diakronik di atas terhadap penulisan sejarah?
Seseorang yang melakukan penulisan sejarah, pada hakikatnya sedang menuliskan tentang suatu rangkaian fakta. Fakta-fakta sejarah yang disusun haruslah sesuai dengan kenyataan yang terjadi pada masa lampau. Penulisan sejarah merupakan representasi kesadaran penulis sejarah dalam masanya. Penulisan sejarah (historiografi) merupakan cara penulisan, pemaparan, atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan Secara umum. Oleh sebab itu, penulisan sejarah harus sesuai dengan metodologi penulisannya, salah satunya adalah memperhatikan konsep kronologi/diakronik dalam penulisan sejarahnya.
Konsep kronologi sangatlah penting dalam penulisan sejarah. Dengan berpikir secara kronologi maka sedapat mungkin akan terhindar dari anakronisme sejarah.
Anakronisme adalah ketidakcocokan dengan zaman tertentu. Dalam arti yang lain, anakronisme adalah ketidakmampuan seseorang untuk menempatkan peristiwa yang terjadi sesuai dengan waktu aslinya.
Dampak dari anakronisme tentu saja adalah terjadinya kerancuan dalam menginterpretasi suatu peristiwa, sebab tanpa konsep kronologi bisa saja seseorang yang belajar sejarah memasukkan suatu peristiwa ke dalam zaman yang berbeda yang sebenarnya tidak sesuai dengan zamannya.
Dalam pembelajaran, saya sering memberikan contoh kepada siswa siswi saya contoh-contoh anakronisme, diantaranya sebagai berikut:
1. Sebagian siswa kadang meyakini bahwa Multatuli atau Douwes Dekker penulis max havelaar itu adalah salah satu anggota Indische Partij di era pergerakan nasional. Saya sampaikan bahwa itu adalah kekeliruan pemahaman akibat tidak memahami konsep kronologinya. Saya berikan penjelasan bahwa dalam sejarah Indonesia ada dua orang Duowes Dekker yang sering dibahas.
![]() |
eduard dan ernest |
Pertama adalah Eduard Douwes Dekker, ia adalah seorang yang menulis tentang penderitaan petani pribumi akibat praktik tanam paksa. Kedua Ernest Douwes Dekker atau memiliki nama alias Setiabudi, seorang indo keturunan Belanda yang berjuang di era pergerakan nasional karena kecintaannya terhadap Indonesia. Kedua orang ini hidup di zaman yang berbeda.
2. Bebarapa tahun yang lalu publik dihebohkan dengan klaim bahwa Candi Borobudur adalah peninggalan Raja/Nabi Sulaeman. Didukung oleh ilmu “cocoklogi” dengan mengkaji dan menafsiri secara serampangan teks-teks kitab suci yang dikaitkan dengan kondisi di lapangan, diantaranya menghitung stupa, menafsirkan panel pada dinding relief candi, hingga mengaitkannya dengan candi ratuboko. Tentu saja dukungan teks-teks kitab suci tersebut menyebabkan banyak masyarakat yang percaya begitu saja terhadap klaim tersebut, terlebih dikemukakan – ironisnya – oleh seorang bergelar profesor doktor.
![]() |
candi borobudur |
Saya berikan penjelasan kepada siswa siswi saya, bahwa klaim tersebut sebenarnya akan sangat mudah dibantah dengan ilmu kronologi.
Candi Borobudur dibangun oleh dinasti Syailendra dari kerajaan Mataram Lama pada tahun 750 Masehi. Padahal dalam Islam, Nabi Muhammad SAW dilahirkan pada (kurang lebih) tahun 569 dalam hitungan kalender Masehi. Sebagaimana diketahui bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir. Antara Nabi sulaiman dan nabi Muhammad hidup berpuluh nabi dan rasul untuk menyampaikan risalah Agama. Dari data di atas sebenarnya sangat mudah mematahkan klaim bahwa candi borobudur adalah peninggalan Nabi Sulaiman, sebab candi borobudur sendiri baru dibangun bahkan setelah Nabi Muhammad Wafat. Mana mungkin nabi Sulaiman hidup di zaman setelah Rasulullah Muhammad SAW wafat?
Itulah dua contoh sederhana yang membuktikan bahwa konsep kronologi/diakronik sangat penting diperhatikan dalam penulisan sejarah. Dengan penulisan sejarah yang baik dan benar sesuai dengan kronologi yang sesungguhnya, maka sejarah mampu memberikan makna, memberikan kesadaran untuk masyarakat, mengedukasi, sekaligus memberikan fungsi rekreasi bagi masyarakat. Saya sendiri sering mengatakan kepada siswa siswi saya, bahwa belajar sejarah dengan baik dan benar maka kita tidak akan mudah terpengaruh dan terpapar kabar-kabar hoax dan cenderung boombastis, padahal tidak sesuai dengan fakta sejarah yang sesungguhnya. Saya sampaikan ke suiswa siswi saya bahwa belajar sejarah itu membantu mereka untuk tidak mudah kagetan dan gumunan terhadap gelombang deras informasi hoax yang berpotensi memecah belah persatuan umat dan kehidupan bangsa dan negara. Mari belajar sejarah dengan baik dan benar!
Post a Comment for "URGENSI KONSEP KRONOLOGI DAN DIAKRONIK DALAM PENULISAN SEJARAH"